• Hallo guys balik lagi nih sama gua Muhamad Rigan Hernandes dari SMPN 7 Kota Cirebon. kali ini gua bakal ngelanjutin Review yang kemarin.
    ( Bab 1: Hal 21- 44 )
    Maret 1946, bertahun-tahun telah berlalu sejak kang syuhud meninggal dunia, Ketika itu usiaku 18 atau 19 tahun empat tahun tamat Vervolk school. bersama beberapa teman salah satunya kiram, saat itu aku sedang menjadi murid kiai ngumar, belajar silat. suatu malam amid dan kiram di panggil oleh kiai kumar dan diberitahu bahwa kemarin malam terdapat rapat besar di alun-alun purwokerto, yang dihadiri banyak ulama dan kiai. tetapi bukan itu yang perlu mereka tau melainkan adanya fatwa yang hebat. Dalam fatwa itu Hadratus syekh dari jawa timur mengeluarkan wafatnya. Beliau bilang, berperang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka, wajib hukumnya bagi semua orang islam. Dan siapa yang mati dalam peperangan melawan tentara Belanda yang kafir, dialah syahid. kemudian kiai ngumar meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap berperang, saat itu mereka tidak percays tentang apa yang di beritahu oleh kiai ngumar, tetapi beberapa hari kemudian kiai datang dan meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap menuju purwokerto yang jaraknya 30 kilometer untuk berperang. usai berperang amid terluka karena tertembak oleh tentara Belanda. Kiram pun mendatanginya.
    Kiram tertawa
    “Mid, kukira kita benar-benar sudah pernah perang.”
    “Apanya yang perang.”
    “Ya, kita sudah berperang. Tadi malam”
    “Belum”
    “Sudah. Buktinya, kamu tertemak. untungnya kamu tidak mati.”
    “Perang itu tembak-menembak. Nah, merekalah yang sudah menembak kita. kamu, belum satu peluru pun kamu ledakkan. Jadi kamu belum pernah perang.”
    Kiram kecut
    “Mid, bedilku kosong. Aku tak punya pelor, tahu?”
    “Jadi bedilmu cuma buat gagah-gagahan?”
    Kami tertawa.

    #cd_rc_SMPN7KotaCirebon
    Indra Nur Rohimat
    #cikal2.0
    Hallo guys balik lagi nih sama gua Muhamad Rigan Hernandes dari SMPN 7 Kota Cirebon. kali ini gua bakal ngelanjutin Review yang kemarin. ( Bab 1: Hal 21- 44 ) Maret 1946, bertahun-tahun telah berlalu sejak kang syuhud meninggal dunia, Ketika itu usiaku 18 atau 19 tahun empat tahun tamat Vervolk school. bersama beberapa teman salah satunya kiram, saat itu aku sedang menjadi murid kiai ngumar, belajar silat. suatu malam amid dan kiram di panggil oleh kiai kumar dan diberitahu bahwa kemarin malam terdapat rapat besar di alun-alun purwokerto, yang dihadiri banyak ulama dan kiai. tetapi bukan itu yang perlu mereka tau melainkan adanya fatwa yang hebat. Dalam fatwa itu Hadratus syekh dari jawa timur mengeluarkan wafatnya. Beliau bilang, berperang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka, wajib hukumnya bagi semua orang islam. Dan siapa yang mati dalam peperangan melawan tentara Belanda yang kafir, dialah syahid. kemudian kiai ngumar meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap berperang, saat itu mereka tidak percays tentang apa yang di beritahu oleh kiai ngumar, tetapi beberapa hari kemudian kiai datang dan meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap menuju purwokerto yang jaraknya 30 kilometer untuk berperang. usai berperang amid terluka karena tertembak oleh tentara Belanda. Kiram pun mendatanginya. Kiram tertawa “Mid, kukira kita benar-benar sudah pernah perang.” “Apanya yang perang.” “Ya, kita sudah berperang. Tadi malam” “Belum” “Sudah. Buktinya, kamu tertemak. untungnya kamu tidak mati.” “Perang itu tembak-menembak. Nah, merekalah yang sudah menembak kita. kamu, belum satu peluru pun kamu ledakkan. Jadi kamu belum pernah perang.” Kiram kecut “Mid, bedilku kosong. Aku tak punya pelor, tahu?” “Jadi bedilmu cuma buat gagah-gagahan?” Kami tertawa. #cd_rc_SMPN7KotaCirebon [Indra_nur_Rohimat] #cikal2.0
    99 Dilihat
  • Hallo teman-teman gua Muhamad Rigan Hernandes dari SMPN 7 Kota Cirebon balik lagi nih buat ngelanjutin review yang tadi.
    ( Bab 1: Hal 45-64 )
    usai peperangan yang telah dilalui oleh amid dan kiram beberapa hari kemudian mereka datang ke tempat pengungsian untuk membahas tentang pembentukan barisan kelompok baru yang ditujukan untuk melawan tentara Belanda yang berisi orang-orang yang selalu bersembahyang, atau kelompok tersebut dapat disebut kelompok Hizbullah. Tetapi terdapat perbedaan pendapat yaitu amid ingin bergabung dengan tentara resmi sedangkan kiram dan yang lainnya ingin membentuk barisan baru. dalam hal tersebut kiai ngumar menengahi mereka dan terus menasehatinya dan hingga setuju dan bekerja sama untuk menangkap mantri karsun sebagai mata-mata Belanda. akan tetapi pos rahasi tentara Republik di serang Belanda atas petunjuk mantri karsun, yang mendengar rencananya lalu di bocorkan kepada tentara Belanda. Kemudian amid dan kiram meminta seorang tukang perahu tambang untuk mengantarnya menyebrangi sungai. Akan tetapi mantri karsun terlepas dari belenggu dan kemudian menyelam ke dalam air dan kemudian timbul kepala seseorang dan terdengar ledakan seakan-akan terjadi perang di bawah permukaan air. Beberapa menit kemudian kiram langsung menyelam ketika mantri karsun agak di sebelah timur. kemudian amid melihat air disana berbuih-buih dan berwarna merah. amid pun memalingkan mukanya karena tidak sanggup melihat air sungai menjadi merah. Celakanya ketika amid kembali melihat ke sana, dua kepala muncuk bersama satu kepala kiran, yang lainnya kepala mantri karsun yang sudah terlepas dari tubunnya. amid pun menjerit dan melompat lalu, jatuh terduduk dilantai perahu. sepuluh tahun kemudian ternyata amid bermimpi tenteng kejadian mantri karsum dan amid seperti tak merasakan luka yang merobek kulit pahanya. aku tak bisa menjawab. kepalaku pening. lagi pula aku sangat tergoda oleh nasi, ikan asin bakar, dan cabai rawit. dan secangkir kopi panas itu.

    #cd_rc_SMPN7KotaCirebon
    Indra Nur Rohimat
    #cikal2.0
    Hallo teman-teman gua Muhamad Rigan Hernandes dari SMPN 7 Kota Cirebon balik lagi nih buat ngelanjutin review yang tadi. ( Bab 1: Hal 45-64 ) usai peperangan yang telah dilalui oleh amid dan kiram beberapa hari kemudian mereka datang ke tempat pengungsian untuk membahas tentang pembentukan barisan kelompok baru yang ditujukan untuk melawan tentara Belanda yang berisi orang-orang yang selalu bersembahyang, atau kelompok tersebut dapat disebut kelompok Hizbullah. Tetapi terdapat perbedaan pendapat yaitu amid ingin bergabung dengan tentara resmi sedangkan kiram dan yang lainnya ingin membentuk barisan baru. dalam hal tersebut kiai ngumar menengahi mereka dan terus menasehatinya dan hingga setuju dan bekerja sama untuk menangkap mantri karsun sebagai mata-mata Belanda. akan tetapi pos rahasi tentara Republik di serang Belanda atas petunjuk mantri karsun, yang mendengar rencananya lalu di bocorkan kepada tentara Belanda. Kemudian amid dan kiram meminta seorang tukang perahu tambang untuk mengantarnya menyebrangi sungai. Akan tetapi mantri karsun terlepas dari belenggu dan kemudian menyelam ke dalam air dan kemudian timbul kepala seseorang dan terdengar ledakan seakan-akan terjadi perang di bawah permukaan air. Beberapa menit kemudian kiram langsung menyelam ketika mantri karsun agak di sebelah timur. kemudian amid melihat air disana berbuih-buih dan berwarna merah. amid pun memalingkan mukanya karena tidak sanggup melihat air sungai menjadi merah. Celakanya ketika amid kembali melihat ke sana, dua kepala muncuk bersama satu kepala kiran, yang lainnya kepala mantri karsun yang sudah terlepas dari tubunnya. amid pun menjerit dan melompat lalu, jatuh terduduk dilantai perahu. sepuluh tahun kemudian ternyata amid bermimpi tenteng kejadian mantri karsum dan amid seperti tak merasakan luka yang merobek kulit pahanya. aku tak bisa menjawab. kepalaku pening. lagi pula aku sangat tergoda oleh nasi, ikan asin bakar, dan cabai rawit. dan secangkir kopi panas itu. #cd_rc_SMPN7KotaCirebon [Indra_nur_rohimat] #cikal2.0
    Love
    1
    1 Komentar 82 Dilihat
  • Hallo guys balik lagi nih sama gua Muhamad Rigan Hernandes dari SMPN 7 Kota Cirebon. kali ini gua bakal ngelanjutin Review yang kemarin.
    ( Bab 1: Hal 21- 44 )
    Maret 1946, bertahun-tahun telah berlalu sejak kang syuhud meninggal dunia, Ketika itu usiaku 18 atau 19 tahun empat tahun tamat Vervolk school. bersama beberapa teman salah satunya kiram, saat itu aku sedang menjadi murid kiai ngumar, belajar silat. suatu malam amid dan kiram di panggil oleh kiai kumar dan diberitahu bahwa kemarin malam terdapat rapat besar di alun-alun purwokerto, yang dihadiri banyak ulama dan kiai. tetapi bukan itu yang perlu mereka tau melainkan adanya fatwa yang hebat. Dalam fatwa itu Hadratus syekh dari jawa timur mengeluarkan wafatnya. Beliau bilang, berperang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka, wajib hukumnya bagi semua orang islam. Dan siapa yang mati dalam peperangan melawan tentara Belanda yang kafir, dialah syahid. kemudian kiai ngumar meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap berperang, saat itu mereka tidak percays tentang apa yang di beritahu oleh kiai ngumar, tetapi beberapa hari kemudian kiai datang dan meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap menuju purwokerto yang jaraknya 30 kilometer untuk berperang. usai berperang amid terluka karena tertembak oleh tentara Belanda. Kiram pun mendatanginya.
    Kiram tertawa
    “Mid, kukira kita benar-benar sudah pernah perang.”
    “Apanya yang perang.”
    “Ya, kita sudah berperang. Tadi malam”
    “Belum”
    “Sudah. Buktinya, kamu tertemak. untungnya kamu tidak mati.”
    “Perang itu tembak-menembak. Nah, merekalah yang sudah menembak kita. kamu, belum satu peluru pun kamu ledakkan. Jadi kamu belum pernah perang.”
    Kiram kecut
    “Mid, bedilku kosong. Aku tak punya pelor, tahu?”
    “Jadi bedilmu cuma buat gagah-gagahan?”
    Kami tertawa.

    #cd_rc_SMPN7KotaCirebon
    Indra Nur Rohimat
    #cikal2.0
    Hallo guys balik lagi nih sama gua Muhamad Rigan Hernandes dari SMPN 7 Kota Cirebon. kali ini gua bakal ngelanjutin Review yang kemarin. ( Bab 1: Hal 21- 44 ) Maret 1946, bertahun-tahun telah berlalu sejak kang syuhud meninggal dunia, Ketika itu usiaku 18 atau 19 tahun empat tahun tamat Vervolk school. bersama beberapa teman salah satunya kiram, saat itu aku sedang menjadi murid kiai ngumar, belajar silat. suatu malam amid dan kiram di panggil oleh kiai kumar dan diberitahu bahwa kemarin malam terdapat rapat besar di alun-alun purwokerto, yang dihadiri banyak ulama dan kiai. tetapi bukan itu yang perlu mereka tau melainkan adanya fatwa yang hebat. Dalam fatwa itu Hadratus syekh dari jawa timur mengeluarkan wafatnya. Beliau bilang, berperang melawan tentara Belanda untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka, wajib hukumnya bagi semua orang islam. Dan siapa yang mati dalam peperangan melawan tentara Belanda yang kafir, dialah syahid. kemudian kiai ngumar meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap berperang, saat itu mereka tidak percays tentang apa yang di beritahu oleh kiai ngumar, tetapi beberapa hari kemudian kiai datang dan meminta amid dan kiram untuk bersiap-siap menuju purwokerto yang jaraknya 30 kilometer untuk berperang. usai berperang amid terluka karena tertembak oleh tentara Belanda. Kiram pun mendatanginya. Kiram tertawa “Mid, kukira kita benar-benar sudah pernah perang.” “Apanya yang perang.” “Ya, kita sudah berperang. Tadi malam” “Belum” “Sudah. Buktinya, kamu tertemak. untungnya kamu tidak mati.” “Perang itu tembak-menembak. Nah, merekalah yang sudah menembak kita. kamu, belum satu peluru pun kamu ledakkan. Jadi kamu belum pernah perang.” Kiram kecut “Mid, bedilku kosong. Aku tak punya pelor, tahu?” “Jadi bedilmu cuma buat gagah-gagahan?” Kami tertawa. #cd_rc_SMPN7KotaCirebon [Indra_nur_Rohimat] #cikal2.0
    Love
    1
    94 Dilihat
  • assalamualaikum halo semua lois balik lagii kali ini lois akan kembali mereview buku "hujan" yang lebih tepatnya pada bab 7 dan 8

    •(Bab 7 hal 57-71)
    Hujan asam turun dngn lebat sehingga menahan mereka untuk pulang segera, setelah hujan asam reda mereka bergegas pulang menuju tenda pengungsian. Esok mengayuh speda dngn cepat sedangkan Lail duduk dijok blkang sambil melihat langit yang diselimuti oleh abu vulkanik. Sebelum mereka tiba di pengungsian Esok dan Lail pergi kerumah sakit darurat untuk menjenguk ibu Esok yg telah siuman, disna Esok memperkenalkan Lail kpda ibunya dan bercerita tentang mereka yg berusaha menyelamatkan diri saat berada di jalur kereta bawah tanah. Lail dan Esok tiba di stadion bola saat matahari telah tenggelam, marinir pun memarahi Esok karna pulang telat. mereka lngsung mandi dan ambil makan lalu beranjak untuk tidur. Ini adalah pagi hari ketiga, abu kembali turun. Lail memilih untuk membantu petugas yg ada disana, salah satu petugas menyuruhnya mencuci piring. Begitupun dngn Esok, Esok sngat menyukai sepeda merah milik marinir sehingga marinir menugaskannya untuk menjadi kurir antarlokasi pengungsian. Ada bnyak dokumen berita yg hrus di antarkan ke 8 lokasi pengungsian. Saat tugasnya telah selesai Esok memacu sepedanya menuju rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya, sayangnya kaki ibu Esok harus di amputasi karna hampir busuk akibat luka tertimpa rak ditoko kue. Malam hari pun tiba, setelah mengambil makan Esok baru bertemu lail di tenda. Esok dan Lail saling bercerita tentang kegiatannya hari ini. Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa. Hari ketujuh, untuk pertama kali stadion kota mendapatkan air bersih untuk mandi. Semua pengungsi mengantri untuk mandi, "rambut ku sudah gatal sejak 4 hari lalu " ucap Lail, Esok sontak tertawa dan meledeknya "rmbut kmu ada kutunya kali" (masa cwe secantik Lail berkutu?), karna ucapan Esok tdi Lail lngsung menatap anak laki² berambut kribo dan berkata "pasti dari anak itu ya" Esok pun tertawa "aku hanya bergurau, siapapun jika 7 hari tidak mandi pasti gatal rambutnya" ucap Esok. Waktu melesat secara cepat ini hari ke21,hari itu ibu Esok keluar dari rumah sakit dan ikut tinggal di pengungsian bersama Esok dan Lail. Hari ke30 sekolah darurat didirikan terdapat kelas 1-9 dan kelas 10-12 menempati sekolah yg masih utuh. Hari ke60 jaringan mulai membaik, pembangkit listrik telah beroprasi kembali. Hari ke70 transportasi telah beroprasi spenuhnya tapi kereta bawah tanah di tutup oleh pemerintah. Hari ke90 Esok mengajak Lail kelubang jalur kereta bawah tanah untuk melihat evakuasi korban yang tertimbun di bawah sana.

    •(Bab 8 hal 72-78)
    Satu tahun berlalu pengungsi mulai berkurang karna beberapa kmbali kerumah masing². Kota Lail telah kmbali hidup, Lail sudah kelas 8, sementara Esok kelas 12 tahun depan dia masuk universitas. Pemerintah membuat panti sosial untuk anak² yang tidak mempunyai keluarga dan rumah susun untuk orang tua yang disabilitas. Karna Lail tidak mempunyai keluarga Lail ikut ke panti sosial, bagaimana dngn Esok? Esok tidak ikut ke panti sosial karna ada keluarga yg bersedia mengangkat Esok sebagai anak dan menyekolahkan Esok setinggi mungkin. Begitupun dengan ibu Esok, keluarga itu bersedia untuk membiayai perawatan ibu Esok. Lail menangis saat mengetahui dia tidak bisa bersama lagi dengan Esok tapi gerimis mulai turun dan menutupi tangisan Lail. 2 minggu setelah itu Esok dan ibu nya pindah ke rumah baru dan 2 minggu kemudian giliran Lail yang pindah ke panti sosial. Setelah itu ke8 pengungsian resmi ditutup oleh pemerintah. Setibanya Lail di panti sosial dia langsung menuju lantai 2 dan mencari nomor kamarnya, kamar no 2-DD. Setiap kamar diisi oleh 2 orang dan Lail telah mengetahui itu. Saat Lail masuk ke kamarnya ia menghembuskan nafas, "hai" seruan suara melengking langsung menyapanya. Anak perempuan sepantaran dengan nya yang berusia 14 tahun sedang memindahkan baju kedalam lemari. "eh, hai juga" Lail menjawab gugup, "namaku Maryam" ucap gadis itu sambil menyodorkan tangan. "eh, iya nama ku Lail" Lail menjawab gugup dan ragu² untuk bersalaman. *Ada apa dengan Lail? mengapa dia ragu²? dan ada apa dengan Maryam? jadi gini sejak awal Lail memang sudah mengetahui bakal ada teman yg sekamar dengannya tapiii.... teman sekamar Lail diluar dugaan nya. Tubuhnya tinggi,kurus,berkulit putih,berambut kribo,berwajah tirus,jerawatan dan memakai kawat gigi. Rambut kribo nya sangat, mengembang seperti bola. Pantas saja Lail ragu², Lail jdi teringat dengan percakapannya dengan Esok yang tentang kutu ituu.

    #cd_rc_SMPN7KotaCirebon
    Indra Nur Rohimat
    assalamualaikum halo semua lois balik lagii kali ini lois akan kembali mereview buku "hujan" yang lebih tepatnya pada bab 7 dan 8 •(Bab 7 hal 57-71) Hujan asam turun dngn lebat sehingga menahan mereka untuk pulang segera, setelah hujan asam reda mereka bergegas pulang menuju tenda pengungsian. Esok mengayuh speda dngn cepat sedangkan Lail duduk dijok blkang sambil melihat langit yang diselimuti oleh abu vulkanik. Sebelum mereka tiba di pengungsian Esok dan Lail pergi kerumah sakit darurat untuk menjenguk ibu Esok yg telah siuman, disna Esok memperkenalkan Lail kpda ibunya dan bercerita tentang mereka yg berusaha menyelamatkan diri saat berada di jalur kereta bawah tanah. Lail dan Esok tiba di stadion bola saat matahari telah tenggelam, marinir pun memarahi Esok karna pulang telat. mereka lngsung mandi dan ambil makan lalu beranjak untuk tidur. Ini adalah pagi hari ketiga, abu kembali turun. Lail memilih untuk membantu petugas yg ada disana, salah satu petugas menyuruhnya mencuci piring. Begitupun dngn Esok, Esok sngat menyukai sepeda merah milik marinir sehingga marinir menugaskannya untuk menjadi kurir antarlokasi pengungsian. Ada bnyak dokumen berita yg hrus di antarkan ke 8 lokasi pengungsian. Saat tugasnya telah selesai Esok memacu sepedanya menuju rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya, sayangnya kaki ibu Esok harus di amputasi karna hampir busuk akibat luka tertimpa rak ditoko kue. Malam hari pun tiba, setelah mengambil makan Esok baru bertemu lail di tenda. Esok dan Lail saling bercerita tentang kegiatannya hari ini. Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa. Hari ketujuh, untuk pertama kali stadion kota mendapatkan air bersih untuk mandi. Semua pengungsi mengantri untuk mandi, "rambut ku sudah gatal sejak 4 hari lalu " ucap Lail, Esok sontak tertawa dan meledeknya "rmbut kmu ada kutunya kali" (masa cwe secantik Lail berkutu?), karna ucapan Esok tdi Lail lngsung menatap anak laki² berambut kribo dan berkata "pasti dari anak itu ya" Esok pun tertawa "aku hanya bergurau, siapapun jika 7 hari tidak mandi pasti gatal rambutnya" ucap Esok. Waktu melesat secara cepat ini hari ke21,hari itu ibu Esok keluar dari rumah sakit dan ikut tinggal di pengungsian bersama Esok dan Lail. Hari ke30 sekolah darurat didirikan terdapat kelas 1-9 dan kelas 10-12 menempati sekolah yg masih utuh. Hari ke60 jaringan mulai membaik, pembangkit listrik telah beroprasi kembali. Hari ke70 transportasi telah beroprasi spenuhnya tapi kereta bawah tanah di tutup oleh pemerintah. Hari ke90 Esok mengajak Lail kelubang jalur kereta bawah tanah untuk melihat evakuasi korban yang tertimbun di bawah sana. •(Bab 8 hal 72-78) Satu tahun berlalu pengungsi mulai berkurang karna beberapa kmbali kerumah masing². Kota Lail telah kmbali hidup, Lail sudah kelas 8, sementara Esok kelas 12 tahun depan dia masuk universitas. Pemerintah membuat panti sosial untuk anak² yang tidak mempunyai keluarga dan rumah susun untuk orang tua yang disabilitas. Karna Lail tidak mempunyai keluarga Lail ikut ke panti sosial, bagaimana dngn Esok? Esok tidak ikut ke panti sosial karna ada keluarga yg bersedia mengangkat Esok sebagai anak dan menyekolahkan Esok setinggi mungkin. Begitupun dengan ibu Esok, keluarga itu bersedia untuk membiayai perawatan ibu Esok. Lail menangis saat mengetahui dia tidak bisa bersama lagi dengan Esok tapi gerimis mulai turun dan menutupi tangisan Lail. 2 minggu setelah itu Esok dan ibu nya pindah ke rumah baru dan 2 minggu kemudian giliran Lail yang pindah ke panti sosial. Setelah itu ke8 pengungsian resmi ditutup oleh pemerintah. Setibanya Lail di panti sosial dia langsung menuju lantai 2 dan mencari nomor kamarnya, kamar no 2-DD. Setiap kamar diisi oleh 2 orang dan Lail telah mengetahui itu. Saat Lail masuk ke kamarnya ia menghembuskan nafas, "hai" seruan suara melengking langsung menyapanya. Anak perempuan sepantaran dengan nya yang berusia 14 tahun sedang memindahkan baju kedalam lemari. "eh, hai juga" Lail menjawab gugup, "namaku Maryam" ucap gadis itu sambil menyodorkan tangan. "eh, iya nama ku Lail" Lail menjawab gugup dan ragu² untuk bersalaman. *Ada apa dengan Lail? mengapa dia ragu²? dan ada apa dengan Maryam? jadi gini sejak awal Lail memang sudah mengetahui bakal ada teman yg sekamar dengannya tapiii.... teman sekamar Lail diluar dugaan nya. Tubuhnya tinggi,kurus,berkulit putih,berambut kribo,berwajah tirus,jerawatan dan memakai kawat gigi. Rambut kribo nya sangat, mengembang seperti bola. Pantas saja Lail ragu², Lail jdi teringat dengan percakapannya dengan Esok yang tentang kutu ituu. #cd_rc_SMPN7KotaCirebon [Indra_Nur_Rohimat]
    103 Dilihat